Sebuah Pertemuan

13 Juni 2020.
Saat itu pertengahan pandemi, kubuka sebuah sosial media bergambar burung. Berselancar pada berandanya. Seperti biasa, aku seringkali mengisi ke-gabut-an dengan menyukai atau me-reply cuitan orang-orang. Random saja. 
Akun bernama Kala, waktu itu membuat sebuah challange di cuitannya. Aku reply saja, pikirku saat itu hanya iseng. Tak lama berselang terdapat direct message darinya. Kubalas, saat itu berisi challange yang sebenarnya "harus" aku ikuti rule-nya, namun dengan dalih -meskipun memang sebenarnya aku tak mahir- tidak memahami bahasa Inggris, aku menanyakan artinya dan akhirnya tidak kuikuti rule yang sudah ada. Anggap saja sksd, ha-ha-ha. 
Chat pada DM Twitter terus berlanjut, bertanya hal yang tak penting sampai yang biasa saja, layaknya orang-orang pada umumnya.

Sampai suatu saat, seringkali gawaiku error saat membuka sosial media tersebut, akhirnya kuputuskan untuk berpindah ruang ke Instagram. Percakapan panjang terjadi. Hingga pada akhirnya, menjelang Agustus, setelah Hari Raya Kurban, aku berpikir untuk kembali ke Yogyakarta.

4 Agustus 2020.
Perjalanan dari Ngawi sampai Yogyakarta sekitar empat jam lamanya. Seperti biasa, aku bersama belalang tempur kelahiran 2005 yakni Kawasaki Kaze R110 melaju menyusuri aspal sejauh 158 kilometer. Sudah hal biasa buatku menempuh perjalanan panjang. 
Singkat cerita, dua hari pasca aku di Yogyakarta, kuajak sang admin Kala untuk bertemu. Di tempat yang dekat dengan ia tinggal. Sebuah kedai yang cukup bagus waktu itu, di daerah Nanggulan. Aku berjumpa, sore hari, setelah ia pulang dari kerjanya. Saat itu masih terlihat canggung, wajar saja, pandangan pertama dan pertemuan pertama. Kami bercerita panjang lebar. Tentang berbagai hal. Tentang pikiran yang berbeda serta kondisi terkini dan opini-opini yang terkadang tak jelas. Setidaknya ada obrolan sampai sedikit larut. 
Oh iya, kala itu ia sempat menawarkan untuk bertukar nomor WhatsApp di DM Instagram sebelum bertemu, namun aku putuskan untuk bertukar saat sudah saling bertatap muka. 

Setelah pertemuan, kami saling berkabar via WhatsApp. Merencanakan berbagai hal, dan bercerita banyak hal. 

Beberapa pertemuan telah sampai dengan pucuk-pucuk surat dan kata-kata yang terangkai. Menyampaikan pesan yang tak bisa disiratkan lewat aplikasi yang ada pada gawai. 
Tentu lah, doa dan garisan takdir sudah tertera. Tinggal nasib mana yang akan diterima. Tuhan selalu berselancar di hati yang tulus, memberikan makna di berbagai peristiwa, menitikkan jawaban dari panjangnya penantian. 
Salamku, pada untai yang berjuntai menuju arsy, menembus langit jadi rindu di penghujung waktu. 

Komentar

Postingan populer dari blog ini

QUARTER CRISIS LIFE

KABAR DARI RUMAH DOA

MENELUSURI KANGEN