Postingan

Menampilkan postingan dari November, 2016

Rindu Hujan

hujan, derasmu seperti air mata yang tak kunjung henti, berkeluh dengan doa, dan pasrah meski telah melawan. hujan, teruslah kau jatuh, merintik dan lalu meleburkan jiwa-jiwa batu yang tak peduli akan keadilan. hujan, genangkanlah cahaya, bagi rakyat yang dijajah oleh keserakahan. hujan, jadilah rindu, yang tak kunjung henti untuk berdendang DIY, 30 November 2016

Cahaya Rindu Kesatria

Cahaya Meruntuh Lalu tertutup mendung. Hikang ditelan kelabu Dari atas Dari kuasa-kuasa ganas. Cahaya tercecer bersama gerimis air mata yang ingin hapus kerapuhan Di mana kesatria? Yang akan menjaring cahaya Dan menjadikan cerah kenyataan. Cahaya meruntuh Tercecer dan menggerimis pada gelap DIY, 25 November 216

Laut Rindu

Pada pasir yang menghias ruang, juga debur ombak yang memecah sunyi. Di sini raga tengah merindu. Kepada lauutan, camar-camar mengharap hidup. Dan cakrawala menghampar senja. Pasir-pasir mendesir angin. Awan megah hiasi langit. Oh, maasihkah ada raga yang menyendiri? Selimut dingin hampiri pori kulit. Ya, ini rindu yang mendebur ombak. Memecah suasana hening dalam lamunan insan. Yogyakarta, 25 November 2016

Gerimis Senja Di Malioboro

Senjaku di Malioboro Petangku bersama hujan. Sampai jumpa sayang, semoga selamat mengiringi perjalanan panjang. Kini angin menantikan mendung, menjadikan kisah yang menggerimis di jalan. Cenderamata keabadian darimu, kan kupeluk dari bola mata. Dan kusimpan dalam memori kepala. Terima kasih. Sampai jumpa. Semoga, Bumi Manusia menjadi perantara di awan. Dan jalanan Malioboro, menjadi saksi bisu kehidupan. Malioboro, 26 November 2016

GURU

  kau yang digugu dan ditiru yang sebarkan buih cahaya berupa ilmu kau yang merampas kemunduran menghapusnya menjadi masa depan yang berperadaban kau, nadir yang siap mengaliri benih negri dengan seuntai doa dan harapan kau, yang membuka mata tentang keadalian yang tertindas wahai guru! hadirmu menghidupi anak bangsamu dari penjajahan moral dan pikiran oh guru! perjuanganmu tak pernah usai walau peluhmu menjadi darah yang bercucuran guru, salam hormat kami untukmu pahlawan negriku.  ( Yogyakarta, 25 November 2016)

Wajah Tanah Air

Negri ini damai Negri ini makmur Negri ini indah Tapi, saat pemodal datang Rakyat terjerat Tertindas dan terampas Tanah dirajah rumah mewah Sawah diubah bangunan megah Ladang digusur bandara Ya, negri ini subur dan makmur Bagi penguasa yang berkuasa, Yang perkasa dengan uang dan jabatan Inilah wujud negri Negri kesatuan republik investor Menjajah para buruh dan tani Mengubur agraria yang telah menjadi saksi Negri ini indah Dengan pohon beton yang menjadi gedung Negri ini damai Damai dengan lapangan bandaranya Negri oh negri NKRI itu harga mati Bukan rakyat yang diburu dan diadili Oleh aparat dan polisi. Yogyakarta, 25 November 2016

Gerimis Di Bulan November

Nyatanya, November telah menghilang Menjejak langkah dari sebuah simponi sunyi Kesedihan memenggak suasana. Mental telah dirasuki belenggu. Oh, Tuhan menegur dengan manis dari nada-nada pilu. Bergelantungan sesuai takdir, nadir yang membawa kisah. Hikmah tergurat dari peristiwa, jatuh seperti hujan. Dan, cakrawala yang melintang. Ketika sukma telah menembus awan, di situlah darah akan menggaris waktu. Bersama lamunan batu, dan gerimis kidung. Yogyakarta, 9 November 2016

Sajak Tiada

Jika memang tawaku mulai tiada dan ragaku mulai ditelan keranda biarlah sajakku yang menjadikan, ada. Meski ketiadaan menyelimuti sitiap jiwa, tetap saja kata itu ada. Tersusun rapih dalam selimut rindu. Yang tiada mejnadi ada, dan yang ada menjadi tiada. Yogyakarta, 3 Novemper 2016

Langit Untuk Bumi

"Engkau tuliskan yang kerapuhan Bangkai api berselimut darah" Dari langit kau tentukan arah Diantara orang-orang yang sepi akan keadilan dan kepedulian Di kolong jembatan Tengik rasuki jiwa-jiwa melarat Sudikah? Jika sedih mereka kau basuh dengan kebahagiaan. Rapuh di dalam kefakiran Yang tertulis dari lembaran empati. Dapur angkara membuat api, dan jalanan yang berselimut asap. Juga darah yang menjadi peluh. Adakah kehadiran jiwa langit yang membumi untuk mereka? Yogyakarta, 11 Oktober 2016