QUARTER CRISIS LIFE

Bukan kali pertama aku mengalami hal seperti ini. Orang-orang biasanya menyebut dengan Quarter Crisis Life. Ya, usia di kisaran 21-25 tahun merupakan usia yang rentan dengan bayang-bayang masa depan. Tuntutan ekonomi, desakan pendidikan, hingga naiknya kebutuhan memaksa kita untuk menstabilkan kondisi mental dalam menghadapinya. Belum lagi kawan-kawan yang mulai mapan dengan pekerjaannya atau mungkin juga sudah mencapai posisi bingung kemana hasil yang sudah mereka peroleh disalurkan. Sedangkan kita? Bingung harus kemana dan bagaimana. 

Manusia tidak pernah lepas dari tuntutan. Tapi kadang pula manusia lepas dari tuntunan sehingga terombang-ambing dalam mengambil keputusan. 

Aku mungkin akan bercerita tentang kondisi saya yang saat ini. Di usia yang mulai mendekati yang kedua puluh enam, pendidikan tak kunjung rampung. Finansial yang tak menentu. Asmara yang aduhai seringkali tanpa kejelasan. Memaksa aku untuk memilih dan memilah. Kekasih yang terus mengejar kepastian, orangtua yang menuntut segera selesai pendidikan, keadaan yang memaksa buat mencari uang. Semua saling berdampingan sehingga barangkali sering membuat keputusan yang serampangan. Sampai pada akhirnya di titik ini, prioritas orangtua dengan instansi pendidikan harus segera dituntaskan. Entah bagaimana pun kondisi finasial atau kekasih yang terus mengejar kepastian. Pokoknya harus selesai apaun yang terjadi. 

Pada kondisi ini, mental memang perlu dikuatkan. Dinding keberanian harus ditebalkan mengingat aku sudah cukup bisa dianggap "anak yang hilang" oleh pengampu pendidikan di kampus. Koboy Kampus mungkin sudah bisa digelarkan padaku saat ini. 

Mengumpulkan energi dan membangun mental beserta keberanian memang sangatlah berat. Lebih berat daripada menggendong tas carier 70L ke puncak gunung. Lalu, bagaimana kah caraku untuk itu? Ya, salah satunya dengan menulis, mengunjungi tempat-tempat dimana aku pernah berada, bertemu kawan sejawat di kampus dan yang jelas meminta pendapat, masukan dan atau saran demi kelancaran menghadapi ketakutan akan hal ini. 

Hidup memang harus ada yang dipertaruhkan, begitulah kata orang. Maka saat inilah pertaruhanku dimulai. Sehebat apapun kamu, seluas apapun kamu bergaul dan bekerja. Jikalau ada yang kamu tinggalkan demi mengejar sesuatu yang seharusnya bisa kamu kejar setelah prioritasmu terhadap orangtua belum kamu tuntaskan, hampir seperti si-sia meskipun nantinya bisa kamu kejar dan rangkai lagi.

SEKIAN!.

Semangat buat orang-orang yang tengah mengalami ini dan hal serupa. Sehat selalu. Kamu gak sendirian. Jangan sampai Quarter Crisis Life menjadi Quarter Crush Life

Komentar

Postingan populer dari blog ini

KABAR DARI RUMAH DOA

MENELUSURI KANGEN