Senja

Senja bisa saja menggila. Akhirnya menjadi rasa. Kemudian mendekap di relung jiwa.

Frame 1: di Plered, Cirebon kutemukan senja yang bersembunyi di balik rindang pohon. Sebab jiwanya tak berhenti bergumam tentang bingkaian rindu.

Frame 2: lagi, di ufuk barat, dalam perjalanan dari Semarang menuju Yogyakarta. Senja menyambut lelahku bersama motor tua yang setia kududuki. Meskipun dalam keadaan menyetir, kusempatkan tangan kiriku memotret sambutan senja yang hangat.

Frame 3: dan lagi, senja belum mau tenggelam, seakan ia menemaniku sampai pada jalanan yang penuh rimbunan pohon. Menghabiskan jalanan yang diapit oleh sawah hijau merona. Ah, seperti gambarku sewaktu kecil. Sawah yang dibelah oleh jalan raya dsn diujungnya terdaoat bukit.

Frame 4: itulah rindu, bingkai senja yang menghangatkan jarak pandang. Meski lelah menerkam raga dan pikiran. Dan saat itu, aku ingin bisa merasakan bagaimana bila aku menikmati senja bersamamu. Menghabiskan mendung menjadikan langit biru ataupun langit yang gelap dicahayai bintang-bintang.

Saat itulah, aku mulai menyukai senja. Sepertu aku lala padamu.

Yogyakarta, 15 Mei 2017

Komentar

Postingan populer dari blog ini

QUARTER CRISIS LIFE

KABAR DARI RUMAH DOA

Gerimis Senja Di Malioboro