Di Ujung Senja, Sang Pujaan Memikirkan Nasibnya
Terlalu banyak imaji tentang cinta
Yang mencumbui waktu dalam gelagat rindu.
Lebih baik terhening dalam perasaan
Hingga tiada sangka dalam rasa.
Biarkan senjakala mengusang
Di balik semayam matahari dan deburan ombak
Dan cakrawala yang menjingga.
Cahaya itu masih ada
Di pelupuk kehidupan
Di bibir kenyataan yang tak karuan.
Membimbang di tanah orang,
Tak lain itu tanahmu.
Tanah lapang yang sebenarnya halaman hati.
Karang-karang masih disetubuhi ombak
Bulan sedikit mengintip dari balik langit yang mulai menghitam.
Sang pujaan ada di ujung senja
Berpakaian lusuh dengan rambut yang diacak angin.
Berada dalam lamunan malam.
Termenung di hadapan camar dan kapal-kapal sunyi
Dengan segenggam buku yang tertulis namanya.
Hingga senja kehabisan cahaya
Sang pujaan tetap diam
Sampai pagi menjemput mentari.
Yogyakarta, 28 Desember 2016
Tulisan lainnya bisa dilihat di albakasy.wordpress.com
Komentar
Posting Komentar