Jogja, Luka Dan Sebuah Perjumpaan

Hari ini gerimis menyelimuti Yogyakarta
Semenjak aku datang dengan membawa sebongkah kenangan dari sebuah luka.

Ketika ia mulai mencoba membenciku
Ketika itu pula,
langit Jogja seakan menyambutnya dengan gerimis sendu
Seperti tangis yang mengguyur jiwa
Atas salah yang telah tertera.

Biarkan benci menjadi gumpalan kata, padamu.
:mungkin
Atau sebagai imbas kesalahanku.

Aksara-aksara ini tak mampu lagi menahan kesedihan,
Kesalahan,
Keresahan,
Kekecewaan,
Atas diri sendiri.

Semua telah membubur peristiwa.
Hanya tinggal ikhlas atau dendam yang dibawa.

Jika Tuhan berkenan,
izinkan aku untuk meminta maaf kepadanya.
Sebelum aku raib dari balik gerhana gulita.

Permata mungkin tak lagi bercahaya
;padaku
Tapi, kucoba persembahkan puisi ini untuknya
Agar tak layu dalam kelam peradaban.

Sepatah kalimat kutujukan untuknya
Dari dalam doa yang syahdu di ujung sajadah waktu.

Biarlah kebencian menghapus luka.
Meski luka sesungguhnya takan bisa hilang.
Hanya saja bisa dibasuh dengan keperkasaan seperempat malam.

Terimakasih,
dari semua waktu yang terluang untukku
Juga maaf,
atas duri yang tertancap begitu dalam padamu

Semoga Tuhan memberi waktu
Untuk kembali merajutkan kasih sayang.
Darimu.
Dari sebuah perjumpaan
Juga sebuah perkataan
:salam

Yogyakarta, 29 Januari 2017

Komentar

Postingan populer dari blog ini

QUARTER CRISIS LIFE

KABAR DARI RUMAH DOA

Gerimis Senja Di Malioboro