Cerita Dari Meja Bundar, Dua Cangkir Gelas dan Dua Bunga
:malam itu
Dua gelas berbeda terhidang di sebuah meja
Terlihat cantik, segar dan indah dengan buih coklat di dalam
Di meja bundar,
dua bunga menarikan jemarinya di atas keyboard
yang setia menemani malamnya.
#Bunga 1
Dengan mata yang berlapis terlihat fokus
memandang layar yang merasuk ke dalam lapisan bola matanya.
Sesekali mengulum senyum,
kemudian kembali dalam lautan tugasnya.
Walau mata kecilnya mulai merasa layu.
Sesekali pula ia bercakap dengan kawannya
Entah lelah yang dipaksa
atau suntuk yang mengalun di dalam dirinya
Tetap saja jari-jari lentiknya lihai menari
di atas malam yang mengejar waktu esok.
#Bunga 2
Diambilnya secangkir coklat dari si meja bundar
kemudian kembali lelap di depan monitor
Dengan enjoy,
ia selipkan sepasang headset di daun telinga
yang bersembunyi di balik kerudung pink itu.
Seperti tiada beban dalam kidungnya
Raut wajahnya cukup ceria,
meski esok mengejar harinya.
Dua bunga masih mengalunkan jemarinya
di atas keyboard
ditemani dua cangkir coklat yang terpesan.
Di sudut cafe,
aku masih sunyi memandang rupanya
di bangku kayu dan meja bundar.
Dan alunan lagu jazz yang hiasi isi telinga.
Arkend, 3 Oktober 2016
Dua gelas berbeda terhidang di sebuah meja
Terlihat cantik, segar dan indah dengan buih coklat di dalam
Di meja bundar,
dua bunga menarikan jemarinya di atas keyboard
yang setia menemani malamnya.
#Bunga 1
Dengan mata yang berlapis terlihat fokus
memandang layar yang merasuk ke dalam lapisan bola matanya.
Sesekali mengulum senyum,
kemudian kembali dalam lautan tugasnya.
Walau mata kecilnya mulai merasa layu.
Sesekali pula ia bercakap dengan kawannya
Entah lelah yang dipaksa
atau suntuk yang mengalun di dalam dirinya
Tetap saja jari-jari lentiknya lihai menari
di atas malam yang mengejar waktu esok.
#Bunga 2
Diambilnya secangkir coklat dari si meja bundar
kemudian kembali lelap di depan monitor
Dengan enjoy,
ia selipkan sepasang headset di daun telinga
yang bersembunyi di balik kerudung pink itu.
Seperti tiada beban dalam kidungnya
Raut wajahnya cukup ceria,
meski esok mengejar harinya.
Dua bunga masih mengalunkan jemarinya
di atas keyboard
ditemani dua cangkir coklat yang terpesan.
Di sudut cafe,
aku masih sunyi memandang rupanya
di bangku kayu dan meja bundar.
Dan alunan lagu jazz yang hiasi isi telinga.
Arkend, 3 Oktober 2016
Komentar
Posting Komentar